Peristiwa pelecehan seksual dalam moda transportasi massal bus TransJakarta kembali terjadi. Badan Layanan Umum (BLU) TransJakarta mengakui fungsi satgas yang memantau keadaan di dalam bus sangat terbatas.
Menurut Manajer Pengendalian BLU Transjakarta, Gunardjo, untuk menghindari perlakuan tak senonoh itu, pihaknya mengimbau penumpang wanita agar bergerombol.
Penumpang wanita juga disarankan tidak berdiri di dekat pintu bus. "Kalau sekitarnya wanita semua, potensi dilecehkan tentunya berkurang," ujar Gunardjo di Jakarta, Selasa 8 Februari 2011.
Gunardjo menilai, para penumpang wanita yang berdiri di dekat pintu biasanya berpotensi berdempetan dengan lawan jenisnya. Terutama, pada saat Transjakarta beroperasi pada jam-jam sibuk. Dalam kondisi seperti itu, amat sulit bagi satgas untuk memantau.
Dia menambahkan, BLU Transjakarta memiliki puluhan Satgas Wanita yang dilatih untuk mengantisipasi pelecehan dalam bus. Namun, karena tidak semua satgas ada di dalam bus dan halte, tidak mungkin pihak BLU mengamati para penumpang yang melakukan pelecehan seksual secara intens. "Para satgas juga konsentrasi memantau penumpang agar tidak jatuh saat transit," kata Gunardjo.
Cara yang paling efektif menurutnya, adalah dari kesadaran penumpang wanita untuk mengamankan dirinya sendiri dengan menghindari spot-spot
yang dinilai berpotensi terjadi pelecehan, seperti di dekat pintu, belakang bus, dan saat masuk bus.
BLU pun, kata Gunardjo, tidak mungkin melarang penumpang wanita tidak mengenakan pakaian minim yang mengundang pelecehan terjadi. "Malah serba salah. Dikiranya nanti Transjakarta sarang pelecehan," tuturnya.
Selain itu, Gunardjo pun meminta para penumpang wanita yang merasa menjadi korban pelecehan dalam TransJakarta segera melaporkan ke petugas halte, sehingga masalah tersebut bisa cepat diteruskan ke pihak berwajib.
Postingan
0 komentar:
Posting Komentar